Bagi warga Bima,
Nusa Tenggara Barat, musim panen adalah saat yang membahagiakan. Oleh
mereka perayaan musim panen ini dilakukan dengan sebuah tradisi unik
yang disebut entubu. Entubu adalah tradisi adu kepala manusia.
Gerakan pemanasan sebelum adu kepala
Satu penari dengan posisi bertahan dan yang lainnya dengan posisi penyerang
Tradisi entubu atau
adu kepala ini merupakan tradisi kas peninggalan nenek moyang warga
Bima di Pulau Sumbawa. Tradisi ini hanya ada di daerah dataran tinggi
Kecamatan Wawo dan hanya bisa dilakoni oleh orang-orang tertentu yang
sebelumnya sudah dibekali kesaktian atau dari keturunan prajurit
Kesultanan Bima.
Tidak mengherankan
memang jika para pelakunya tergolong orang kuat dan nekad. Tanpa rasa
sakit mereka mengadu kepala satu dengan lainnya. Dalam ritual entubu ini
para pengadu yang jumlahnya empat sampai enam orang diiringi oleh musik
kas warga Bima dan seorang penyanyi hikayat perempuan yang dengan suara
kasnya membacakan mantra-mantra.
TARI TAJI TUTA - YOUTUBE
Sebelum melakukan
ritual entubu, para pengadu yang dipimpin oleh seorang dalang atau
pemuka terlebih dulu dibekali kesaktian oleh sang dalang. Layaknya orang
kesurupan mereka yang sudah dibekali ilmu ini langsung menari-nari
menantang lawannya untuk beradu kepala.
Kasim salah seorang
pemandu atau dalang mengungkapkan, untuk melakukan upacara entubu ini
ia terlebih dulu harus berpuasa sampai tiga hari untuk mengetahui waktu
dan mendapatkan kesaktian bagi para pengadunya.
Tradisi entubu yang
unik ini memang sudah mulai langka dan jarang didapatka lagi di kota
Bima. Namun belakangan ini oleh Pemda setempat tradisi ini mulai
dikembangkan dan dilestarikan dengan membangun beberapa sanggar kesenian
sejenis.